Kisah Nabi Hizqil AS

Nabi Hizqil  as hidup sekitar tahun 591 SM, dimana diperkirakan pada masa setelah Nabi Musa as dan sebelum Nabi Daud as. Dalam Kitab Qishashul Anbiya (Kisah Para Nabi), Ibnu Katsir ra, menerangkan bahwa Nabi Hizqil adalah putra dari Budzi. Adapun makna dari nama Hizqil adalah ”Allah menyucikannya”, hal ini sesuai dengan sikap hidup Nabi Hizqil  as, yang selalu dijauhkan Allah dari dosa.

Dalam hadist riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslìm;
  1. Muhammad bin Ishak menceritakan dari Wahab bin Munabih ra, ''Ketika Kalib bin Yofana kembali ke pangkuan Ilahi, yaitu setelah Yusya, semua urusan bani Israel diserahkan kepada Nabi Hizqil bin Budzi, putra Al-Ajuz yg telah mendoakan kaumnya sebagaimana telah disebutkan Allah dalam firman-Nya.”
  2. Hadist senada yang bersumber dari Al-Zuhri, Muhammad bin Ishak mengemukakan, ''Tidak disebut kan kepada kami berapa lama Nabi Hizqil menetap di tengah Bani Israel hingga akhirnya Allah SWT memanggilnya kembali ke sisi-Nya.''
Buya Haji Abdul Karim Amrullah (HAMKA), dalam bukunya Tafsir Al-Azhar menerangkan, bahwa Nabi Hizqil  as disebut dengan Nabi Hazqial as.

Berfirman Allah SWT;
”Apakah engkau tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka sedang mereka beribu-ribu jumlahnya karena takut mati. Maka Allah berfirman kepada mereka, ’Matilah kalian’, kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.”  (QS Al-Baqarah: 243).

Rasulullah saw bersabda;
”Wabah tersebut pernah ditimpakan sebagai siksaan bagi umat-umat sebelum kalian, jika kalian mendengar berita tentang penyakit itu di suatu daerah janganlah kalian memasuki daerah itu. Dan jika penyakit itu mewabah di daerah dimana kalian berada janganlah kalian keluar darinya karena hendak melarikan diri darinya.” (HR Ahmad).

Nama Nabi Hizqil as memang tidak disebutkan didalam Al-Quran tetapi kisahnya diceritakan di dalam surah Al-Baqarah: 243.

Asbath menceritakan dari Al-Saidi dari Abu Malik dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas dari Murrah dari Ibnu Mas'ud dari beberapa sahabat mengenai firman Allah surah Al-Baqarah: 243.

Mereka mengatakan kampung halaman itu bernama Mawardan yang dijangkit penyakit ’tha'un’ (penyakit ganas, dimana pagi sakit sorenya wafat atau sore sakit paginya wafat). Akibatnya seluruh penduduk melarikan diri dan tinggal dipinggiran daerah tersebut. Sedang mereka yang menetap dikampung itu binasa tetapi ada juga dari mereka yang selamat.

Setelah penyakit tha'un lenyap, mereka pun kembali dalam keadaan selamat maka orang-orang yang tetap tinggal dikampung itu berkata, ”Para sahabat kami lebih beruntung dari kami, seandainya kami melakukan seperti yang mereka lakukan, niscaya kami akan tetap hidup. Jika penyakit tha'un mewabah yang kedua kalinya, kami akan ikut keluar bersama mereka.”

Pada tahun berikutnya penyakit tha'un itu melanda mereka kembali, maka mereka yang berjumlah  ribuan lebih melarikan diri hingga tinggal di lembah Afih. Mereka diseru malaikat dari bawah lembah dan dari atas lembah, ”Matilah kalian semua.” Mereka pun dilewati seorang Nabi yg bernama Nabi Hizqil as. Ketika menyaksikan mereka, Nabi Hizqil as berhenti, lalu berpikir tentang mereka itu dan kemudian menggerakkan kedua bibir dan jari-jarinya.

Allah mewahyukan kepada Nabi Hizqil as, ”Apakah engkau mau Aku perlihatkan bagaimana Aku menghidupkan mereka?” Nabi menjawab ”Ya.”  Lalu Allah memerintah Nabi Hizqil as, ”Serulah.” Maka Nabi pun berseru, ”Hai tulang-belulang, sesungguhnya Allah menyuruh kalian untuk bersatu.” Seketika itu juga tulang-belulang yang bertebaran, bergerak lalu saling memadu satu dengan lainnya, hingga akhirnya menjadi jasad yang masih dalam bentuk tulang.

Kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi Hizqil as untuk berseru,”Hai sekalian tulang-belulang, sesungguhnya Allah menyuruh kalian agar kalian mengenakan daging.” Maka tulang-belulang itu pun langsung berlapiskan daging, berdarah sekaligus berpakaian.

Lalu Allah berkata kepada Nabi Hizqil, ”Serulah.” Maka Nabi pun berseru, ”Wahai para jasad, sesungguhnya Allah menyuruh kalian untuk bangkit.” Dan mereka pun bangkit.

Ketika orang-orang tersebut telah dihidupkan kembali mereka berkata, ”Mahasuci Engkau ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu, tiada Tuhan melainkan Allah.” Mereka kembali kepada kaumnya dalam keadaan hidup padahal diketahui bahwa mereka sudah mati.

Allah menghidupkan mereka kembali setelah mereka mati, mereka berdiri hidup lagi dengan terbengong-bengong lalu mereka memuji Allah. Semoga kisah Islami ini bermanfaat bagi kita. Allaahumma aamiiiin.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah mengunjungi web blog saya, jangan lupa memberi komentar saran yang membangun, Semoga bermanfaat !

Selamat Datang Di Web Blog The Nilawati Site, Saya mengucapkan banyak Terimakasih bagi siapapun yang sudah mengunjunginya.

Arsip Blog

Label

Arsip Blog

Terbaru

Komentar